NGINX adalah web server yang banyak digunakan oleh perusahaan besar di dunia. Web server ini memiliki sejumlah kelebihan sehingga dianggap sebagai web server unggulan. Sejak awal peluncurannya, NGINX terus dikembangkan supaya makin update dan mampu memenuhi kebutuhan pengguna internet yang kompleks.
Cloudeka akan membahas seluk-beluk tentang NGINX, termasuk cara kerja, kelebihan, dan kekurangan web server satu ini. Yuk, simak artikel ini sebagai panduan informasi Anda.
Mengenal NGINX dan Sejarah Kemunculannya
NGINX adalah salah satu web server yang bersifat open source. Tidak hanya web server, NGINX digunakan untuk load balancing, content caching, reverse proxying, dan web streaming server. Intinya, software ini bersifat multifungsi dan membuat website makin canggih serta lebih cepat diakses. NGINX pun dapat bekerja di hampir semua sistem operasi (Operating System – OS).
Awalnya, NGINX hanya digunakan untuk server Hypertext Transfer Protocol (HTTP). Namun, software ini terus mengalami perkembangan sehingga bersifat multifungsi. Hampir semua web server juga cocok dengan NGINX, seperti Transmission Control Protocol (TCP) dan User Data Protocol (UDP).
Setiap penemuan selalu berawal dari masalah, bukan? Begitu pula dengan software ini. Igor Sysoev, software engineer berkebangsaan Rusia, merilis NGINX pada Oktober 2014. Software ini diciptakan untuk menyelesaikan masalah C10k, yaitu masalah pada performa sistem ketika menangani 10.000 koneksi dalam waktu yang bersamaan.
NGINX diharapkan bisa menjawab masalah tersebut, tetapi hanya menggunakan kapasitas memori yang rendah. Setelah digunakan secara umum, Igor terus mengembangkan NGINX. Saat ini, telah hadir NGINX Plus yang mampu menangani lebih banyak koneksi dan telah digunakan lebih dari 500 website bisnis di internet.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Firewall?
Fungsi NGINX
Ada beberapa fungsi dari NGINX, berikut penjelasannya.
1. NGINX sebagai Web Server
NGINX diciptakan dengan tujuan untuk menjadi sebuah web server dengan performa yang tinggi. Dengan menggunakan arsitektur asynchronous event-driven, NGINX mampu meningkatkan kecepatan dan stabilitas dalam menangani traffic yang tinggi.
Seiring waktu, NGINX terus berkembang dan berhasil mengungguli Apache serta beberapa web server lainnya dalam hal performa. Awalnya hanya mampu menangani server HTML sederhana, NGINX kini mampu menangani konten yang lebih dinamis dan beragam, serta mendukung aspek-aspek web modern seperti HTTP/2, WebSocket, gRPC, dan streaming video dalam berbagai format.
2. NGINX Beyond Web Serving
Aplikasi ini memiliki arsitektur yang dapat diskalakan, yang ideal untuk tugas-tugas selain menampilkan konten ke pengguna. Aplikasi ini mampu menangani banyak koneksi secara bersamaan, sehingga dapat digunakan sebagai reverse proxy dan load balancer untuk mendistribusikan lalu lintas masuk ke server upstream secara merata, bahkan jika server tersebut lebih lambat. Selain itu, aplikasi ini dapat bertindak sebagai terminator SSL/TLS atau web accelerator, serta mengompresi dan menyimpan cache konten untuk meningkatkan kinerja.
Baca juga: Apa Itu SSL dan Cara Kerjanya
Bagaimana Cara Kerja NGINX sebagai Web Server?
Ada dua jenis proses yang digunakan oleh NGINX, yaitu asynchronous dan pendekatan event-driven. Proses asynchronous yakni melaksanakan kode yang ada sebelum perintah (command) sebelumnya selesai beroperasi. Pendekatan event-driven artinya NGINX menangani permintaan web (web request) hanya dalam satu thread.
Proses utama (master process) pada NGINX bisa mengontrol proses lainnya (worker process) yang sedang bekerja. Master process juga mampu beroperasi sesuai tugas utamanya tanpa harus mengganggu web request lainnya.
Singkatnya, NGINX tidak membuat proses atau kode baru ketika ada web request, tetapi dilakukan secara bersamaan dengan proses yang sudah ada.
Baca juga: Apa itu CAPTCHA Serta Fungsinya pada Sebuah Website
5 Kelebihan NGINX sehingga Menjadi Unggulan
Software web server ini menjadi unggulan perusahaan besar di dunia berkat kelebihannya. Apa kelebihan NGINX?
1. Efisiensi Penggunaan Resources
Sekilas dijelaskan bahwa NGINX bekerja dengan kapasitas memori yang lebih sedikit. Software ini juga lebih ringan sehingga tidak memakan banyak kapasitas Random Access Memory (RAM). Komputer Anda makin efisien dalam bekerja karena tidak perlu menggunakan banyak resources saat mengoperasikan web server ini.
2. Alternatif Hardware Load Balancer
Sebagai software load balancer open-source, Nginx lebih ekonomis dan simpel dalam konfigurasi dibanding hardware load balancer. NGINX cocok untuk lingkungan cloud modern, mendukung perubahan konfigurasi langsung, dan terhubung dengan DevOps untuk pemantauan yang lancar.
Baca juga: Mengenal DevOps: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Kegiatannya
3. Multifungsi
Igor mengembangkan NGINX menjadi aplikasi yang multifungsi dan tidak sebagai web server saja. Anda cukup menggunakan aplikasi ini untuk mengelola berbagai tools yang digunakan dalam mengembangkan website.
4. Aman dari Serangan DDoS
Server website rentan mendapatkan serangan DDoS yang dapat melumpuhkan situs web. NGINX memastikan bahwa server website tetap aman dari serangan tersebut dengan fitur security patches yang dimilikinya.
5. Terus Di-update
Walaupun sudah banyak digunakan, NGINX terus mendapatkan pengembangan dari penciptanya. Saat ini, NGINX telah mendorong pengembangan teknologi HTTP dan mendukung segala bentuk layanan mikro di dalamnya.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Serangan DDoS?
3 Kekurangan NGINX yang Patut Dipertimbangkan
Layaknya teknologi lainnya, NGINX pun memiliki kekurangan. Anda perlu mempertimbangkan tiga kekurangan di bawah ini sebelum memutuskan untuk menggunakan NGINX.
1. Kurang Kompatibel
Performa NGINX belum tentu lancar di beberapa OS selain Linux, MacOS X, dan Solaris. Artinya, pengguna Windows belum bisa merasakan manfaat NGINX dengan maksimal, meski software ini bisa di-install dengan mudah di perangkat mereka.
2. Kurang Dukungan Komunitas
Terlepas dari keunggulannya, software ini masih memiliki sedikit dukungan komunitas. Alhasil, ada beberapa isu yang belum bisa didukung dengan berbagai referensi dan dokumentasi yang memadai.
3. Kurang Fleksibel
Terakhir, NGINX masih belum cukup fleksibel untuk berbagai kebutuhan. Alasannya, NGINX belum memiliki modules dan add-ons dalam jumlah yang komplet. Salah satu fitur yang masih kurang adalah .htaccess tool.
4. Sebagai Reverse Proxy
NGINX tidak hanya berfungsi sebagai web server, tetapi juga sebagai reverse proxy.
Reverse proxy adalah salah satu jenis server proxy yang bertugas untuk meneruskan permintaan dari client ke server. Reverse Proxy ditempatkan di antara client dan server, sehingga permintaan yang dilakukan oleh client akan diteruskan oleh Reverse Proxy ke server.
Dengan kata lain, reverse proxy berfungsi sebagai perantara antara client dan server yang bertanggung jawab untuk menjamin pertukaran data antara keduanya berjalan dengan lancar.
Baca juga: Mengenal DevOps: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Kegiatannya
Perbandingan NGINX dan Apache
Apache dan NGINX adalah dua web server populer yang digunakan di seluruh dunia. Menurut statistik, NGINX digunakan oleh 34% situs web di internet, sedangkan Apache digunakan oleh 33,5%.
Meskipun keduanya memiliki fitur yang andal, NGINX lebih cepat dan efisien dalam menangani banyak koneksi secara bersamaan, sedangkan Apache lebih mudah dikonfigurasi dan lebih fleksibel untuk menangani berbagai jenis tugas web. Oleh karena itu, pilihan antara keduanya tergantung pada kebutuhan dan preferensi pengguna.
1. Dukungan Sistem Operasi
Perbedaan yang signifikan antara NGINX dan Apache dapat dilihat dari dukungan sistem operasi yang tersedia pada masing-masing web server. Kedua web server tersebut populer, namun memiliki dukungan sistem operasi yang berbeda. NGINX dan Apache dapat berjalan secara optimal pada sistem operasi Unix, namun NGINX mengalami penurunan performa ketika dijalankan pada sistem operasi Windows.
2. Dukungan Pengguna User
Kedua web server, yaitu NGINX dan Apache, memiliki perbedaan dalam hal dukungan pengguna atau user support. Karena banyaknya pengguna dari kedua aplikasi tersebut, masing-masing memiliki forum pengguna sendiri yang aktif. Hal ini memungkinkan pengguna dan pengembang untuk saling berinteraksi dan memberikan masukan untuk pengembangan web server tersebut. Dengan dukungan komunitas yang besar, baik NGINX maupun Apache dapat terus berkembang dan ditingkatkan kualitasnya.
3. Performa Nginx dan Apache
Dalam hal performa, NGINX dan Apache memiliki perbedaan yang mencolok. Kedua web server ini menunjukkan kecepatan yang baik dalam merespon request dengan cepat. Namun, NGINX memiliki kelebihan dalam menangani beban yang lebih besar dibandingkan Apache, sehingga lebih cocok digunakan untuk website yang memiliki konten statis.
Baca juga: Load Balancing: Cara Kerja dan Manfaatnya bagi Website
Jadi, NGINX adalah software web server yang bersifat multifungsi. Sayangnya, software ini masih belum kompatibel untuk mayoritas pengguna komputer Indonesia yang masih mengandalkan OS Windows. Jangan khawatir, Anda bisa menggunakan Lintasarta Load Balancer sebagai software web server terbaik.
Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan software kami. Anda pun akan mendapatkan hasil laporan analisis bulanan terkait performa website secara detail dan mudah dibaca. Lintasarta Load Balancer pun dapat diandalkan sehingga bisa mengurangi berbagai kesalahan teknis dalam website Anda. Hubungi kami segera untuk informasi lebih lanjut mengenai layanan terbaik dari Cloudeka ini.