Dunia Teknologi dan Informasi (TI) yang berkembang pesat mengharuskan Anda untuk mengenal beberapa istilah penting di bidang ini. Salah satu istilah tersebut yaitu DevOps yang sedang banyak diterapkan dalam tim TI perusahaan pada masa kini. DevOps adalah konsep atau pola pikir dalam dunia TI yang dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi atau software.
DevOps dianggap sebagai istilah yang relatif baru karena muncul pada sekitar tahun 2010-an. Namun, Anda perlu menguasai pola pikir ini agar kerja sama tim TI di perusahaan bisa berjalan lebih lancar. Langsung simak saja artikel ini sampai selesai untuk memahami lebih dalam tentang DevOps.
Pengertian DevOps
DevOps merupakan singkatan dari dua gabungan kata, yaitu Development dan Operations. Singkatnya, DevOps adalah konsep yang menggabungkan prinsip-prinsip pengembangan perangkat lunak (software development) dan kegiatan operasi sistem (systems operations).
DevOps menekankan adanya kerja sama yang erat antara tim software development dan tim system operations dalam proses pengembangan dan pemasangan software atau aplikasi. Konsep ini memungkinkan tim developer untuk menggunakan metode dan alat yang tepat dalam mengembangkan aplikasi serta tim system operations untuk mengelola dan mengoperasikan sistem agar pekerjaannya berjalan lebih efektif.
Prinsip DevOps juga menekankan pada adanya proses yang terus-menerus (continuous) dalam pengembangan software atau aplikasi. Dalam proses kerjanya, DevOps menggunakan tools yang memungkinkan kedua tim untuk bekerja dengan lebih cepat dan efisien dalam mengembangkan dan mengelola aplikasi yang digunakan.
Fungsi dan Tujuan DevOps
Fungsi utama DevOps adalah meningkatkan kecepatan dan keefektifan dalam proses pengembangan software serta meningkatkan kualitas sistem yang dioperasikan dalam aplikasi tersebut. Sementara itu, DevOps memiliki tujuan yang harus dicapai dalam pengembangan aplikasi, yaitu:
- Mempercepat proses pengembangan software menggunakan tools otomatisasi.
- Meningkatkan kualitas software atau aplikasi yang sedang dikembangkan menggunakan proses yang berkelanjutan.
- Meningkatkan kerja sama antara tim software development dan tim system operations sehingga mereka dapat mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang muncul dalam aplikasi.
- Menciptakan budaya kerja atau kultur yang mengutamakan keterbukaan antara tim software development dan system operations. Hal ini mendorong kedua tim untuk bekerja secara lebih efektif dan terbuka terhadap masukan dari anggota tim lainnya.
- Meningkatkan efisiensi operasi yang digunakan menggunakan tools otomatisasi yang sehingga lebih efektif dalam mengelola dan mengoperasikan sistem.
Baca juga: Mengenal Virtual Host: Pengertian dan Cara Konfigurasi
Apa Saja Jobdesk Devops Engineer?
1. Merumuskan Konsep
DevOps engineer berpartisipasi dalam proses perencanaan awal dengan mengidentifikasi ide, fitur, dan kemampuan yang akan diimplementasikan dalam aplikasi atau sistem yang akan dikembangkan. Mereka membantu merinci persyaratan dan tujuan bisnis yang harus dicapai melalui solusi teknologi.
2. Otomatisasi Pengembangan
DevOps engineer memanfaatkan alat-alat otomatisasi untuk mengotomatisasi berbagai langkah dalam siklus pengembangan aplikasi, termasuk pengujian, pengiriman, dan konfigurasi infrastruktur. Ini membantu mempercepat proses pengembangan, mengurangi risiko kesalahan manusia, dan meningkatkan konsistensi.
3. Prototyping
Dalam komunikasi erat dengan pelanggan atau pengguna akhir, DevOps engineer menciptakan prototipe awal dari aplikasi atau sistem yang direncanakan. Prototipe ini membantu untuk mengklarifikasi pemahaman dan harapan pelanggan serta mengidentifikasi potensi perbaikan sejak awal.
4. Dokumentasi Progres
DevOps engineer bertanggung jawab untuk mencatat dan mendokumentasikan perkembangan selama seluruh siklus pengembangan aplikasi. Hal ini mencakup langkah-langkah yang diambil, perubahan yang dilakukan, serta hasil pengujian dan evaluasi.
5. Monitoring dan Manajemen Bug
DevOps engineer bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, melacak, dan mengelola bug atau masalah dalam sistem yang mungkin muncul selama pengembangan atau setelah peluncuran. Mereka juga memantau kinerja aplikasi dan infrastruktur untuk memastikan stabilitas dan ketersediaan.
6. Komunikasi Timbal Balik
Sebagai penghubung antara tim pengembangan dan operasi, DevOps engineer berkomunikasi secara aktif dengan semua pihak terkait. Termasuk berbagi informasi mengenai masalah yang muncul, koordinasi perbaikan, dan memastikan semua anggota tim berada di jalur yang sama.
7. Inovasi dan Kualitas
DevOps engineer berperan dalam memfasilitasi inovasi dengan menerapkan perubahan dan pengembangan baru dalam sistem. Namun, mereka juga harus memastikan bahwa perubahan tersebut mematuhi standar kualitas dan keamanan yang telah ditetapkan.
8. Identifikasi Masalah Awal
DevOps engineer bekerja proaktif untuk mengidentifikasi potensi masalah atau kerentanan dalam sistem sebelum mereka mengganggu pengalaman pengguna atau mengganggu ketersediaan layanan.
Baca juga: Macam-Macam Cara Mencari Celah Keamanan Website dengan Efektif
Kegiatan DevOps
Proses dalam kegiatan DevOps terbagi menjadi tujuh langkah yang dimulai dari tahap integrasi dan berakhir pada tahap logging. Lihat penjelasan lengkapnya dalam daftar di bawah ini.
1. Continuous Integration
Pada tahap ini, tim IT atau tim developer melakukan build dan automation testing terhadap aplikasi atau software yang akan dibuat. Continuous Integration memerlukan tools Source Code Repository (SCR) agar bisa menemukan kode error dan kode fixed.
Tools ini memungkinkan tim developer untuk memeriksa dan mengubah kode tanpa harus menulis ulang kode tersebut. Proses ini dilakukan secara terus-menerus hingga tidak ada lagi error code dalam aplikasi.
2. Continuous Delivery
Setelah melakukan Continuous Integration, tim software development melakukan Continuous Delivery untuk mengubah kode. Continuous Delivery dilakukan untuk memperbarui aplikasi yang sedang berjalan dan dikembangkan agar tetap mumpuni dan kompatibel dengan perangkat yang digunakan.
3. Continuous Deployment
Continuous Deployment dilakukan apabila dua proses sebelumnya telah berjalan dengan baik. Pada tahap ini, tim software development akan melihat beberapa perubahan yang terjadi pada tahap environment test, environment development, atau environment production.
4. Configuration Management
Pada tahap inilah tim system operations mulai mengambil bagian dalam pengembangan aplikasi. Proses configuration management merupakan bagian dari system engineering yang bertujuan untuk melakukan otomatisasi dan standardisasi terhadap konfigurasi aplikasi yang sedang dikembangkan.
5. Infrastructure as a Code (IAAC)
IAAC merupakan proses infrastruktur aplikasi atau software mulai dideskripsikan dalam sebuah kode. Kode tersebut nantinya bisa diprogram, diduplikasi, atau distandardisasi dengan mudah.
Tim software development bisa menggunakan satu baris kode untuk menambah mesin dan mengoptimalkan aplikasi tersebut.
6. Monitoring
Monitoring atau pemantauan merupakan proses yang tidak boleh luput dalam konsep DevOps. Pasalnya, proses monitoring bisa meningkatkan kualitas aplikasi atau software menjadi lebih baik ketika digunakan oleh pengguna. Selain itu, tim software developer bisa melihat dampak dari perubahan kode terhadap aplikasi maupun penggunanya.
7. Logging
Terakhir, ada tahap logging untuk memastikan aplikasi yang dibuat sudah berjalan dengan optimal. Tahap ini harus dilakukan baik oleh tim software developer maupun tim system operations. Mereka bisa mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan sesegera mungkin agar performa aplikasinya tetap mumpuni.
Baca juga: Apa Itu CMS? Pengertian, Fungsi, Manfaat, dan Contohnya
Secara keseluruhan, kegiatan dalam DevOps yang telah disebutkan di atas untuk meningkatkan kecepatan, efektivitas, kualitas, dan keandalan sistem atau aplikasi yang sedang dikembangkan. Aplikasi Anda akan berjalan dengan optimal dan tentu disukai pelanggan apabila mengikuti prosedur atau tahapan berdasarkan prinsip DevOps.
Perlu diingat bahwa DevOps adalah konsep atau pola pikir, bukan tools atau software yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi atau website. Apabila memerlukan tools pengembangan aplikasi, gunakanlah Deka Harbor dari Lintasarta Cloudeka sebagai Cloud Computing untuk menyimpan dan mengelola data yang dibutuhkan dalam aplikasi Anda.
Deka Harbor memiliki skalabilitas yang tinggi sehingga bisa dikonfigurasikan dengan fleksibel. Tak perlu khawatir mengenai biaya bandwidth-nya karena Anda akan mendapatkan gratis jaringan Internet hingga 1 Gbps. Intinya, tools terbaik untuk menerapkan strategi DevOps adalah Deka Harbor! Tunggu apalagi? Hubungi kamisegera untuk mencoba layanan terbaik dari Lintasarta Cloudeka!
Frequently Asked Question (FAQ)
Apakah DevOps harus bisa coding?
Ya, dalam praktiknya, memiliki pemahaman tentang coding merupakan aset yang berharga untuk profesional DevOps.
Kemampuan coding memungkinkan DevOps untuk mengotomatisasi proses pengembangan, pengujian, dan penyebaran perangkat lunak dengan lebih efisien, menggunakan alat-alat otomatisasi dan konfigurasi berbasis kode. Dengan demikian dapat membantu mempercepat siklus pengembangan, meningkatkan konsistensi, dan meminimalkan kesalahan manusia dalam pengelolaan infrastruktur dan lingkungan aplikasi.
Selain itu, soerang devops engineer harus disertai dengan pemahaman konsep jaringan untuk mengelola alur kerja IT yang baik.
Apa kelebihan dan kekurangan DevOps?
DevOps, pendekatan kolaboratif yang menggabungkan pengembangan dan operasi, memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dalam transformasi bisnis dan teknologi, diantaranya:
Kelebihan DevOps:
- Pengiriman Cepat: DevOps memungkinkan pengiriman perangkat lunak yang lebih cepat dan lebih sering melalui otomatisasi dan integrasi yang baik antara tim pengembang dan operasi.
- Kualitas yang Lebih Baik: Proses otomatisasi dan pengujian kontinu membantu memastikan kualitas perangkat lunak dengan mendeteksi masalah lebih awal dalam siklus pengembangan.
- Kolaborasi yang Meningkat: Kolaborasi antara tim pengembangan dan operasi meningkat, mengurangi kesenjangan antara kedua tim dan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang persyaratan dan kebutuhan bisnis.
- Skalabilitas dan Stabilitas: DevOps memungkinkan skalabilitas dan stabilitas yang lebih baik dalam lingkungan produksi melalui manajemen infrastruktur yang terkelola dengan baik.
- Respon Cepat terhadap Perubahan: DevOps menghadirkan fleksibilitas untuk merespons perubahan pasar atau kebutuhan pelanggan dengan cepat melalui pengiriman berulang dan otomatisasi.
Kekurangan DevOps:
- Kompleksitas Awal: Mengadopsi praktik DevOps dapat melibatkan perubahan budaya, alat, dan proses yang kompleks, memerlukan investasi waktu dan sumber daya.
- Kesalahan Konfigurasi Berisiko: Otomatisasi yang tidak hati-hati dapat mengakibatkan kesalahan konfigurasi yang dapat memiliki dampak serius pada infrastruktur atau aplikasi.
- Pemeliharaan Alat: Memelihara alat otomatisasi dan integrasi juga memerlukan upaya, terutama dalam hal pembaruan dan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan.
- Ketergantungan pada Kode: DevOps cenderung mengandalkan kode dan otomatisasi, yang berarti tim harus memiliki pemahaman yang baik tentang pengembangan dan kode berbasis konfigurasi.
- Tantangan dalam Koordinasi: Memastikan sinkronisasi yang baik antara tim pengembangan dan operasi dapat menjadi tantangan dalam organisasi yang besar atau terdistribusi.