Anda punya keinginan membangun startup? Proses membangun startup hingga berkembang pesat bukan hal yang mudah. Tetapi, bukan hal yang mustahil apabila Anda menerapkan lean startup dalam mencari ide saat mulai membangunnya. Lean startup adalah sebuah metode yang dapat Anda gunakan dalam brainstorming ide usaha sebelum diterapkan secara praktis.
Lean startup pertama kali dicetuskan oleh Eric Ries pada tahun 2011 dengan tujuan memetakan berbagai kebutuhan bisnis, mulai dari sumber daya manusia, modal, produk, dan hal lainnya. Ingin tahu lebih lanjut soal lean startup? Simak penjelasan di bawah ini.
Pengertian Lean Startup
Lean startup merupakan sebuah metodologi dalam mengembangkan produk dan bisnis dalam waktu yang relatif singkat. Dalam prosesnya, pebisnis harus fokus pada inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Untuk mengetahui apakah produk tersebut sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau tidak, maka Anda harus mendapat ulasan langsung. Apabila produk tidak memuaskan pelanggan, maka perusahaan harus segera mengambil keputusan. Caranya dengan membuat produk baru atau menyempurnakan produk tersebut seperti yang diinginkan pelanggan.
Salah satu kesalahan startup saat pertama kali didirikan yaitu memulai bisnis dengan ide yang berasal dari asumsi. Padahal, belum tentu produk yang dibuat itu benar-benar diperlukan oleh pelanggan.
Akibatnya, saat produk dirilis ke publik tidak mendapat respons yang positif. Bahkan, tidak sedikit startup yang akhirnya gagal bertahan karena melewati proses brainstorming ide yang kurang tepat.
Baca juga: 4 Ide Startup Pada Tahun 2023 yang Dapat Anda Coba
Manfaat Lean Startup
Menerapkan lean startup sebelum memulai bisnis dapat membuat proses produksi menjadi lebih efisien dan produk cenderung disukai konsumen. Tidak hanya itu, terdapat beberapa manfaat lainnya apabila Anda mengetahui dan memahami lean startup seperti yang telah kami rangkum di bawah ini.
1. Meminimalisasi Risiko Kegagalan
Menjalankan bisnis dengan metode lean startup terbukti dapat memperkecil risiko kegagalan. Sebab, pengembangan produk dilakukan berdasarkan ulasan pelanggan secara langsung. Hal inilah yang membuat produk Anda cenderung disukai oleh konsumen, baik konsumen baru maupun yang lama.
Selain itu, modal yang dikeluarkan jauh lebih minimal lantaran pembuatan produk dilakukan secara bertahap. Bahkan jika nanti Anda ingin mengganti ide usaha, risiko kerugiannya cenderung kecil atau bahkan tidak merugi.
2. Proses Produksi Lebih Efisien
Metode lean startup adalah metode yang merekomendasikan penggunaan MVP (Minimum Viable Product) dalam proses produksi. Penggunaan MVP dapat membuat proses produksi menjadi lebih efisien dari berbagai sisi, seperti modal usaha dan sumber daya manusia.
Ketika produk semakin cepat dibuat dan diujicobakan kepada pelanggan setia Anda, makin cepat pula pengembangan produk tersebut. Begitupun ketika Anda harus melakukan inovasi produk yang sesuai dengan kriteria pelanggan.
3. Produk Disukai Pelanggan
Target penjualan akan tercapai apabila Anda membuat produk yang disukai pelanggan. Sebab itu, penting sekali mendapat ulasan dari mereka secara langsung. Bahkan Anda akan mendapat informasi detail tentang apa saja yang perlu ditingkatkan dari produk tersebut. Mulai dari fitur yang diinginkan hingga manfaat lain yang kiranya perlu diterapkan.
4. Dapat Diaplikasikan pada Segala Jenis Bisnis
Metode lean startup dapat Anda aplikasikan pada berbagai jenis bisnis. Mulai dari usaha menengah hingga perusahaan besar. Salah satu perusahaan besar yang menggunakan metode ini yaitu Slack.
Perusahaan tersebut fokus pada kebutuhan pelanggan dan menampung seluruh saran dan masukan. Hal yang sama perlu Anda lakukan agar startup yang sedang dikembangkan dapat bertahan lama sesuai dengan harapan.
Baca juga: Manfaatkan Business Plan Sebelum Memulai Bisnis
3 Fase Lean Startup
Tujuan dari diciptakannya metode lean startup adalah meminimalisir risiko saat mengembangan sebuah startup. Metode ini hadir setelah penciptanya mengalami kegagalan bisnis yang berkali-kali.
Pada akhirnya, Eric Ries memahami bahwa ada tiga fase dalam menjalankan bisnis startup, yaitu berpusat pada build (membangun), measure (mengukur), dan learn (mempelajari). Berikut masing-masing penjelasannya.
1. Build
Saat Anda memiliki ide bisnis dapat dikembangan dengan membuat produk sederhana terlebih dahulu atau disebut dengan MVP. Lalu, MVP tersebut dapat diuji langsung ke pasar untuk mengetahui apakah produk tersebut memang diinginkan pelanggan atau tidak.
Perlu diingat, pelanggan yang mencoba produk MVP hanya sebagian kecil saja. Anda dapat memilih pelanggan yang disesuaikan dengan sasaran penjualan perusahaan. Merilis dan menguji coba MVP dapat memudahkan Anda dalam mendapat respons dari pelanggan.
2. Measure
Pada fase ini, Anda perlu memperhatikan dan mencatat ulasan yang diberikan oleh pelanggan saat mencoba menggunakan MVP. Ulasan tersebut dapat Anda terapkan pada produk yang akan disempurnakan.
Apabila pelanggan memberi respons yang kurang baik, segera ambil keputusan dengan memperbaiki produk tersebut atau menghentikan proses produksi. Anda dapat mengulangi fase pertama apabila ingin membuat produk yang baru.
3. Learn
Sebelum mengambil keputusan, Anda perlu menganalisa terlebih dahulu data-data yang Anda dapat pada fase build. Proses menganalisa data akan dilakukan pada tahapan pengukuran. Hasil dari pengukuran tersebut dapat Anda jadikan pembelajaran untuk mengambil keputusan terbaik bagi startup yang sedang Anda kembangkan.
Keputusan tersebut bisa berupa perbaikan produk, menghentikan produksi produk, dan membuat produk baru. Selain itu, fase ini dapat menentukan perusahaan dalam melakukan perubahan strategi bisnis yang disesuaikan dengan respons pelanggan pada fase build.
Baca juga: 12 Ide Startup 2023 yang Dapat Anda Coba
4 Perbedaan Lean Startup dengan Traditional Startup
Terdapat beberapa perbedaan antara metode lean startup dengan traditional startup. Perbedaan yang besar terletak pada bagaimana kedua metode bisnis ini memetakan sumber daya manusia dan efisiensi biaya. Untuk memahami perbedaannya secara lebih lanjut, simak uraian di bawah ini.
1. Metode Pengembangan Produk
Pada perusahaan rintisan yang menggunakan lean startup cenderung mengembangkan ide bisnis yang disesuaikan kebutuhan pelanggan. Berbeda dengan traditional startup yang diawali dengan pembuatan rencana bisnis untuk beberapa tahun mendatang.
2. Pemetaan Modal
Perusahaan yang menerapkan lean startup fokus pada customer value hingga customer acquisition cost. Sehingga perusahaan akan mengutamakan eksperimen daripada rencana yang telah dibuat.
Sedangkan perusahaan yang menerapkan traditional startup cenderung memiliki proyeksi keuangan yang jelas. Sebab rencana bisnis akan digunakan untuk mendapat dana dari investor.
Baca juga: Customer Engagement Adalah Elemen Penting dalam Bisnis
3. Pemetaan Sumber Daya Manusia
Lean startup cenderung mempekerjakan karyawan yang mudah beradaptasi, belajar, dan bekerja secara cepat. Hal ini berpengaruh pada perekrutan karyawan yang tidak harus berasal dari jurusan tertentu.
Lain halnya dengan traditional startup, karena memiliki rencana bisnis yang jelas, maka perekrutan karyawan diutamakan bagi mereka yang telah menekuni bidang tersebut sejak masa pendidikan.
4. Proses Pembuatan Produk
Pada bisnis lean startup, proses produk melibatkan pelanggan secara langsung untuk memberikan ulasan. Sedangkan pada traditional startup, proses pembuatan produk justru dibuat secara rahasia, hanya beberapa karyawan dan investor saja yang mengetahui.
Demikian informasi mengenai lean startup beserta fase dan manfaatnya. Kini saatnya mempraktikkan ilmu yang baru saja dipelajari. Dalam menjalankan bisnis yang menggunakan metode lean startup, penting untuk memaksimalkan penggunaan teknologi. Bahkan Anda dapat mengaplikasikannya sejak fase build.
Salah satu teknologi yang dapat mendukung bisnis startup Anda yaitu Cloud Computing yang aman dengan biaya efisien, Anda dapat menggunakan berbagai layanan Cloud dari Lintasarta Cloudeka. Hubungi kami sekarang juga untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Frequently Asked Question (FAQ)
Apa Tujuan Utama Lean Startup?
Tujuan utama dari Lean Startup adalah meminimalkan risiko kegagalan dalam pengembangan startup dengan fokus pada inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Metode ini membantu pengusaha untuk mencari ide bisnis yang valid dan relevan dengan mendapatkan ulasan langsung dari pelanggan.
Dengan menciptakan produk sederhana atau Minimum Viable Product (MVP) dan mengujinya di pasar, pengusaha dapat mengukur tanggapan pelanggan dan belajar dari data yang dihasilkan. Pada akhirnya, risiko kegagalan dapat diminimalisasi, proses produksi menjadi lebih efisien, produk lebih disukai oleh pelanggan, dan bisnis dapat mengadaptasi perubahan lebih fleksibel.
Apa Prinsip Lean Startup?
Prinsip dasar Lean Startup mencakup lima poin kunci yang harus diperhatikan untuk memastikan keberhasilan bisnis startup.
Pertama, Lean Startup menekankan bahwa siapa pun bisa menjalankan startup, bahkan bagi pemula, dengan mengembangkan prototipe awal dan terus mengembangkannya berdasarkan masukan pelanggan.
Kedua, fokus pada manajemen jangka panjang sangat penting, memerlukan pengelolaan sumber daya dan finansial yang efektif agar bisnis dapat berkembang secara berkelanjutan.
Ketiga, konsep pengembangan terus-menerus menjadi inti prinsip, di mana prototipe produk harus dikembangkan secara simultan berdasarkan data hasil riset pasar dan perubahan kebutuhan pelanggan.
Keempat, inovasi didasarkan pada masukan pelanggan, memungkinkan startup untuk merespons kebutuhan pelanggan dengan perbaikan dan pivot yang relevan.
Terakhir, prinsip menghasilkan produk terbaik menekankan pentingnya menciptakan prototipe yang berkualitas tinggi, menjawab kebutuhan pelanggan, dan selalu meningkatkan setiap versi produk.
Apa Karakteristik Utama dari Lean Startup?
Beberapa karakteristik utama dari Lean Startup meliputi:
- Pengembangan Berdasarkan Kebutuhan Pelanggan: Produk dikembangkan berdasarkan keinginan dan kebutuhan pelanggan atau pengguna.
- Validated Learning: Pendekatan validasi digunakan untuk memahami minat pelanggan dengan mengumpulkan data nyata dari eksperimen.
- Fokus pada Metrik: Metrik seperti popularitas produk dan nilai pelanggan sepanjang waktu diberikan perhatian untuk mengukur kinerja bisnis.
- MVP (Minimum Viable Product): MVP digunakan sebagai alat untuk mengukur reaksi pelanggan terhadap produk yang telah dikembangkan.
- Pentingnya Eksperimen: Lean Startup mendorong pendekatan eksperimen yang aktif untuk memahami apa yang bekerja dan apa yang tidak, alih-alih mengandalkan rencana yang telah ada.