Contoh database terdistribusi terdiri dari dua atau lebih server yang terletak di lokasi berbeda. Selain itu, file tersebut juga ditempatkan pada jaringan yang sama atau yang sama sekali berbeda. Database terdistribusi digunakan pada sebagian besar bisnis untuk mengelola seluruh data-data pelanggan.
Secara sederhana cara kerja dari database terdistribusi adalah dengan membagi kumpulan data dalam beberapa node atau server untuk memastikan konsistensi data.
Lebih jelas lagi artikel ini akan menjelaskan terkait contoh-contohnya.
Apa Itu Database Terdistribusi?
Database terdistribusi dapat diartikan sebagai proses untuk menjalankan dan menyimpan data di beberapa komputer secara terpisah, dan tidak bergantung di satu mesin untuk melakukan semuanya.
Secara umum, database terdistribusi akan beroperasi menggunakan dua atau lebih server. Mereka akan saling terhubung di dalam jaringan komputer dan bekerja secara bersama-sama untuk mengelola dan menyimpan data.
Menariknya, dalam database ini, setiap node dapat melakukan operasi yang terpisah dan independen sambil tetap berinteraksi dengan node lainnya. Aktivitas ini yang berfungsi untuk mempertahankan konsistensi dan integritas data secara global.
Sistem informasi pemesanan tiket pesawat adalah salah satu contoh penerapan sistem database terdistribusi. Dalam industri penerbangan, terdapat beberapa server dan node yang bekerja secara bersama-sama untuk mengelola data dan transaksi terkait pemesanan tiket pesawat.
Baca juga: 7 Contoh Database & Beragam Fungsinya untuk Mengelola Data
Keuntungan dari Sistem Basis Data Terdistribusi
Database terdistribusi memberikan sejumlah manfaat dengan sistem kerjanya baik server aplikasi dan server data yang berjalan secara terpisah. Berikut adalah sejumlah keuntungan yang didapatkan dari menggunakan sistem ini.
1. Menghemat Biaya
Keuntungan dalam menggunakan database terdistribusi adalah biaya operasional yang lebih terjangkau. Hal ini karena infrastruktur dari sistem ini memungkinkan untuk tidak ada penambahan biaya dalam sistem seperti pada database terpusat.
2. Toleransi Kegagalan yang Tinggi
Kegagalan satu komponen dalam arsitektur mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu sistem ini dianggap memiliki toleransi yang tinggi terhadap kegagalan dalam sistem. Server yang berdiri secara mandiri dan terpisah tetapi tetap terhubung satu dengan yang lain dapat menjadi bala bantuan ketika salah satu server tidak dapat beroperasi.
3. Skalabilitas
Sebuah server mungkin menampung skala database yang tidak dapat diprediksi. Dalam database terdistribusi, administrator sistem dapat mengestimasi semua kebutuhan serta dengan mudah untuk mengalokasikan sumber daya perangkat keras dengan tepat.
4. Redundansi Data
Untuk mencegah terjadi kehilangan atau kerusakan, biasanya data akan direplikasi di beberapa server. Kegunaan lainnya, ketika server tidak dapat bekerja karena alasan tertentu maka server lain dapat menyediakan data yang dibutuhkan.
5. Keamanan
Database terdistribusi menyediakan tingkat keamanan yang lebih baik. Data yang disimpan dipertahankan kerahasiaannya melalui proses enkripsi agar tidak terjadi akses yang tidak sah. Selain itu, autentikasi dan otorisasi diterapkan untuk memastikan bahwa hanya pengguna yang diizinkan untuk mengakses data. Firewall akan menjadi pelindung serta membatasi hak akses, dan audit trail untuk merekam aktivitas dari setiap penggunanya.
Baca juga: Apa Itu SSH? Apa Fungsinya untuk Keamanan Jaringan Komputer?
Kekurangan dari Sistem Basis Data Terdistribusi
Selain keuntungan yang ditawarkan oleh sistem ini, tentu ada sejumlah kekurangan yang menyertainya. Berikut ini adalah kekurangan dari database terdistribusi.
1. Sifatnya yang Kompleks
Database terdistribusi bekerja dengan banyak jaringan komputer, dan berada di lokasi berbeda. Letak kekurangan dalam sistem ini terkait dengan kesulitan untuk memastikan bahwa data yang ditampilkan kepada pengguna semuanya seragam.
2. Kontrol Integritas
Dalam sistem ini semua data dapat disalin kemudian disebarkan di beberapa server dengan dasar agar mencegah kehilangan dan dapat menjadi cadangan data untuk kejadian tidak terduga seperti server yang mengalami gangguan. Namun, dalam menjaga konsistensi data tersebut termasuk sulit karena setiap perubahan yang dibuat pada data di satu situs harus sama di semua situs.
Baca juga: Kenapa Anda Butuh Cloud Backup?
3. Kurangnya Tenaga Ahli untuk Pemeliharaan
Database terdistribusi sangat rumit sehingga membutuhkan orang yang benar-benar ahli untuk melakukan pemeliharaan. Selain dari lokasinya, pemahaman akan konfigurasi setiap server juga tidak mudah. Karena di dalam sistem ini banyak salinan data dan hal kompleks lainnya.
4. Kompleks Desain Data
Hampir beberapa hal yang menyangkut database terdistribusi terlalu kompleks. Desainnya lebih kompleks, hal itu karena tingkat kesulitan dalam mendesain database terdistribusi. Di mana harus memperhitungkan setiap fragmentasi data, bagaimana alokasi fragmentasi ke situs tertentu, dan proses replikasi data.
5. Kurangnya Standar
Database terdistribusi tidak memiliki standar protokol komunikasi di setiap tingkatnya. Standar komunikasi ini terkadang bermasalah karena tidak kompatibel. Misalnya, ketika vendor database yang berbeda kemudian mengimplementasikan teknik yang berbeda dari sebelumnya untuk mengelola data.
Baca juga: Mengenal Peran Data Center yang Sangat Berguna
Contoh Database Terdistribusi
Database terdistribusi dapat diakses secara remote sehingga mudah untuk digunakan. Terdapat dua contoh dalam sistem ini yakni lokal dan global. Berikut adalah penjelasannya.
1. Lokal
Pada sistem ini database akan dikelola dengan beberapa server yang terhubung ke jaringan lokal seperti LAN (local area network). Terdapat beberapa keuntungan yang didapatkan dan salah satunya adalah skalabilitas sistem. Namun, penggunaannya juga mengalami tantangan karena pemeliharaannya yang kompleks.
Contoh dari database terdistribusi lokal adalah, Apache Cassandra merupakan salah satu open-source yang dirancang untuk mengelola data besar dan kompleks. Selain itu, database ini memiliki tingkat kecepatannya yang sangat baik.
MySQL Cluster adalah salah satu dalam daftar database terdistribusi lokal. Pengguna dapat menyebarkan database di beberapa server serta menyediakan sistem failover secara otomatis.
MongoDB adalah sistem database yang dapat digunakan secara gratis. Performanya lebih cepat dan pengelolaan datanya termasuk mudah. Selain itu, sistem ini mampu untuk menampung banyak tipe data.
Oracle Real Application Clusters memungkinkan aplikasi dapat diakses secara bersamaan oleh beberapa klien. RAC akan bekerja untuk menyeimbangkan beban kerja secara otomatis di antara server agar performa makin meningkat.
2. Global
Ini merupakan kebalikan dari database terdistribusi lokal. Di mana, letak database ini secara geografis berbeda di seluruh dunia. Semua pengguna dari lokasi mana pun dapat mengakses, dan dibuat agar konsistensi dalam mempertahankan data serta ketersediaan sistemnya.
Beberapa contoh dari database terdistribusi global di antaranya adalah, Amazon Aurora Global Database, Google Spanner, dan Microsoft Azure Cosmos DB. sistem database ini memberikan ketersediaan data yang konsisten dan kecepatan akses yang lebih cepat untuk pengguna dari setiap lokasi yang berbeda.
Layanan Amazon Aurora Global Database memungkinkan replikasi data secara otomatis. Selain itu, hal tersebut dapat dilakukan dengan cepat meski memiliki jarak yang sangat jauh. Master dapat dibuat di satu wilayah geografis dan replikanya berada di wilayah lainnya.
Google Spanner terdapat pada platform Google Cloud Platform. Fiturnya memungkinkan untuk membuat dan menjalankan database meskipun dengan kapasitas yang besar. Selain itu, semuanya dapat diakses secara global.
Selanjutnya adalah Microsoft Azure Cosmos DB. Sistem ini memiliki teknologi seperti replikasi multi-master, dan melakukan partisi secara otomatis. Replikasi multi-master akan mengambil peran ketika data ditulis ke beberapa node. Waktu respons yang dibutuhkan pada sistem ini termasuk cepat. Bahkan partisi yang bekerja secara otomatis memudahkan Cosmos DB untuk menyeimbangkan beban kerja secara otomatis juga.
Kesimpulan
Secara sederhana kita dapat mengenal bahwa database terdistribusi memiliki beberapa node atau server yang terhubung satu sama lain untuk menjalankan data. Bahkan setiap server dapat bekerja secara mandiri untuk memproses permintaan dan menyimpan data, sambil bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
Database ini memiliki keuntungan dan kekurangan. Seperti biaya yang terjangkau, toleransi kegagalan yang tinggi, dan skalabilitas. Namun, tentu terdapat kekurangan dalam sistem ini yakni sifatnya yang terlalu kompleks, kurangnya standar, dan kurangnya tenaga ahli untuk melakukan pemeliharaan atau konfigurasi.
Database adalah bagian terpenting dalam suatu organisasi atau bisnis. Mereka dikelola sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan vital. Bahkan dengan menggunakan data, suatu organisasi atau bisnis dapat lebih maju. Deka DBaaS salah satu layanan terkemuka dari Cloudeka yang menjadi Cloud Provider Indonesia. Seluruh data dapat dikelola secara profesional dan terjamin aman. Tertarik untuk menggunakan layanan Cloud, hubungi sekarang untuk pengalaman terbaik dalam mengelola data.