Menu Close

Berita & Acara

Mengenal Arsitektur Database beserta Tipe-Tipenya

Arsitektur Database (Basis Data)
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Table of Contents

Arsitektur database adalah desain yang melibatkan perangkat lunak, perangkat keras, dan user interface untuk membangun sebuah sistem penyimpanan dan pengelolaan yang terstruktur. Database seperti yang kita kenal merupakan kumpulan informasi terstruktur serta terorganisasi dan disimpan secara elektronik dalam sistem komputer. Seluruh informasi dan data-data tersebut dikelola oleh sebuah sistem manajemen database (DBMS).

Agar semua data tersebut dapat dikelola dengan baik, dibutuhkan serangkaian sistem atau konsep yang dapat membantu untuk mengatur semua informasi tersebut. Oleh sebab itu, arsitektur database dikenalkan untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut. 

Dalam membangun database diperlukan arsitektur yang menyesuaikan dengan kebutuhan. Di mana modelnya akan dimodifikasi sedemikian rupa dan dibuat untuk dapat dipahami mengenai struktur dan semua bentuk atau atribut data yang ada dalam sistem database tersebut. Artikel di bawah ini akan menjelaskan pengertian dari arsitektur database dan tipe-tipenya.  Artikel ini secara khusus akan menjabarkan secara mendalam mengenai arsitektur database untuk kamu.

Pengertian Arsitektur Database

Arsitektur Basis Data

Database perlu untuk diatur, dan dikelola dengan hati-hati karena memuat banyak informasi penting serta bersifat rahasia. Dalam melaksanakan tujuan tersebut dibutuhkan sebuah arsitektur database yang terkonsep dan memadai. Maka dapat didefinisikan bahwa arsitektur database berfokus pada desain dan konstruksi dari setiap rangkaian komponen yang mencakup pengaturan, aspek keamanan, dan pemrograman.

Dalam pengertiannya, arsitektur database juga akan mendeskripsikan secara mendalam serta mengatur bagaimana sebuah sistem manajemen database (DBMS) ini akan bekerja dan diintegrasikan dengan aplikasi yang tersedia. Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah jenis database yang akan digunakan untuk keperluan sebuah organisasi.

Dalam kategorisasinya, terdapat tiga jenis database yang dapat kita ketahui yakni database terpusat, database terdesentralisasi, dan database terdistribusi. Pada database terpusat pengoperasian dilakukan oleh satu entitas dan terletak pada satu lokasi fisik saja.

Sedangkan pada database terdesentralisasi, pengoperasian dilakukan oleh lebih dari satu entitas dan terletak pada beberapa lokasi fisik saja. Setiap lokasi dapat melakukan kontrol terhadap data lokalnya dan data tersebut dapat diakses oleh lokasi lain.

Dibandingkan dengan dua jenis database sebelumnya, pada jenis terdistribusi terdiri dari beberapa server dan memiliki kontrol atas data lokalnya. Ketiganya tentu saja memiliki konsep arsitektur yang berbeda, sehingga memahami keperluan sebuah organisasi sejak awal akan membantu dalam menentukan serta membangun arsitektur yang tepat dan sesuai.

Selain itu, melihat dari tipe-tipenya, arsitektur database memiliki tiga tipe yang dikenal yakni arsitektur 1-tier, arsitektur 2-tier, dan arsitektur 3-tier. Setiap tipe ini memiliki manfaat dan kelebihan yang berbeda, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Baca juga: Pahami 3 Fungsi Database untuk Dunia Usaha

Tingkatan Arsitektur Database

Arsitektur basis data ANSI-SPARC adalah dasar dari sebagian besar database modern. Terdapat tiga tingkatan dalam arsitektur database, yaitu Tingkat Fisik, Tingkat Konseptual, dan Tingkat Eksternal.

1. Tingkat Fisik (Physical Level)

Tingkat fisik adalah tingkatan terendah dalam arsitektur tiga tingkat ini, juga dikenal sebagai tingkat internal.

Tingkat fisik menggambarkan bagaimana data sebenarnya disimpan dalam basis data. Pada tingkat terendah ini, data disimpan di dalam hard drive eksternal dalam bentuk bit, dan sedikit lebih tinggi, data dapat dikatakan disimpan dalam file dan folder. Tingkat fisik juga membahas teknik-teknik kompresi dan enkripsi.

2. Tingkat Konseptual (Logical Level)

Tingkat konseptual berada pada tingkatan yang lebih tinggi daripada tingkat fisik. Tingkatan ini juga dikenal sebagai tingkat logis.

Pada tingkatan ini menjelaskan bagaimana basis data terlihat secara konseptual bagi pengguna dan hubungan antara berbagai tabel data. Tingkat konseptual tidak mempedulikan bagaimana data dalam basis data sebenarnya disimpan.

3. Tingkat Eksternal (View Level)

Tingkat eksternal adalah tingkatan tertinggi dalam arsitektur database dan yang paling dekat dengan pengguna. Dikenal juga sebagai tingkat tampilan (view).

Tingkat eksternal hanya menampilkan konten basis data yang relevan kepada pengguna dalam bentuk tampilan dan menyembunyikan sisanya. Jadi, berbagai pengguna dapat melihat basis data sebagai tampilan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan individu mereka.

Baca juga: Pengenalan Database-as-a-Service (DBaaS): Definisi dan Konsep

Tipe-Tipe Arsitektur Database Management System

Pengelompokan tipe arsitektur ini untuk sebuah representasi dari desain DBMS. Di mana, rancangan ini akan membantu untuk mengimplementasikan, mengembangkan, dan terkait pemeliharaannya. Rancang bangun dari sebuah sistem basis data ini nantinya mengatur database menjadi komponen, serta atribut yang dapat dimodifikasi, diganti, maupun diubah secara otonom dan menyesuaikan dengan kebutuhan. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai tipe-tipe arsitektur database.

1. Tipe Arsitektur 1-Tier

Di antara tiga arsitektur dalam database, 1-tier adalah tipe yang paling sederhana pada DBMS. Susunan konsep ini menggabungkan klien, server, dan database semuanya berada pada satu komponen atau di mesin yang sama. Karena ketiga komponen yang konsepnya terpusat dalam satu komponen dijalankan secara bersamaan, maka tipe arsitektur ini umumnya digunakan hanya untuk keperluan dan aplikasi yang sederhana.

Keuntungan yang didapatkan ketika menerapkan arsitektur tipe ini adalah sifatnya yang tidak kompleks sehingga mudah untuk dipahami dan diimplementasikan. Selain itu, ketika dijalankan, tidak membutuhkan perantara komunikasi antara setiap lapisan baik klien, server, dan database.

Tetapi, di balik itu ada pun kelemahan dari arsitektur 1-tier ini. Lemahnya toleransi kesalahan dan kemampuan mengolah beban sistem akan mengakibatkan kinerja aplikasi terganggu jika menangani beban yang besar. Tentu saja hal tersebut akan memengaruhi seluruh aplikasi karena sifatnya yang terpusat pada satu komponen saja.

Oleh sebab itu dapat kita simpulkan bahwa arsitektur 1-tier ini hanya berlaku untuk penggunaan yang sederhana saja dengan jumlah pengguna yang sedikit dan durasi penggunaan yang singkat untuk keperluan tertentu saja.

2. Tipe Arsitektur 2-Tier

Selanjutnya kita akan melihat apa itu arsitektur 2-tier. Pada tipe ini, klien dan server dibangun dan berdiri secara terpisah. Umumnya kita bisa mengenalnya melalui aplikasi web yang dapat diakses oleh penggunanya. Selain itu untuk menjalankan komunikasi antara klien dan server menggunakan TCP/IP maupun HTTP.

Keuntungan yang didapatkan ketika menerapkan arsitektur tipe ini adalah kemampuan kinerja yang dapat dikembangkan. Server yang dikembangkan dapat mengatasi masalah pada klien seperti proses yang lambat atau serupa.

Tetapi, kelemahan dari arsitektur ini adalah server yang dapat memengaruhi kinerja dari klien karena rendahnya toleransi kesalahan. Misalnya, terjadi masalah di server maka klien juga akan terpengaruh.

Baca juga: Yuk, Kenali Perbedaan HTTP dan HTTPS!

3. Tipe Arsitektur 3-Tier

Tipe yang terakhir adalah arsitektur 3-tier di mana klien, server, dan database dibangun secara terpisah dan mandiri. Pada tipeini kita dapat mendefinisikannya sebagai sebuah konsep mapan yang memiliki fungsi untuk mengatur komputasi logis dan fisik termasuk penyimpanan data, tempat data diproses, cara mengakses data, dan user interface.

Keuntungan arsitektur tipe ini adalah dalam setiap tingkatannya dapat dikembangkan serta disesuaikan tanpa memengaruhi tingkatan lainnya. Hal ini dapat dilakukan karena setiap  tingkatan dapat dijalankan dengan satu perangkat keras server khusus atau server virtual. Selain itu, keamanan aplikasi yang terjamin dan tingkat toleransi kesalahan yang tinggi.

Meskipun begitu, tipe ini memiliki kerumitan yang tinggi dibandingkan tipe-tipe yang sebelumnya. Karena itu, pengaturan serta konfigurasi memerlukan pemahaman yang mendalam karena tingkat kerumitannya yang tinggi.

Kesimpulan

Setelah kita membahas mengenai arsitektur database, di mana dapat diketahui bahwa perannya sangat besar. Pada kerangka kerjanya hingga bagaimana cara menyimpan dan mengelola, serta mengakses data dilakukan secara efisien dan efektif.

Arsitektur yang paling sederhana dengan perangkat tunggal yang menyediakan dan mengelola semua data dikenal sebagai tipe 1-tier. Kemudian tipe yang lebih maju dari sebelumnya adalah 2-tier  yang bekerja dengan dua lapisan yang telah dipisahkan secara mandiri. Bagian yang terakhir adalah tipe 3-tier yang dikenal canggih dan dapat dikembangkan serta dipelihara secara terpisah tanpa memengaruhi sistem yang lainnya.

Seperti yang sudah dibahas bahwa pengembangan dan pengelolaan data atau informasi harus disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dijalankan. Karena penggunaan arsitektur yang cepat dan tepat akan meningkatkan kinerja dan menjadikan prosesnya lebih efektif serta efisien.

Melakukan pemeliharaan dan pengelolaan data haruslah menggunakan suatu jenis layanan yang dapat menyediakan keamanan, integritas data, serta efektif. Cloudeka merupakan Cloud Web Hosting Services yang bekerja dengan profesional memberikan layanan Deka DBaaS berbasis Cloud untuk memenuhi setiap kebutuhan agar penyimpanan data ditangani dengan baik.

Cloudeka adalah penyedia layanan Cloud yang berdiri sejak tahun 2011. Lahir dari perusahaan ICT ternama di tanah air, Lintasarta, menyediakan layanan Cloud baik untuk perusahaan besar maupun kecil-menengah.