Reseller dan dropship merupakan model bisnis yang populer seiring berkembangnya bisnis online. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang memulai bisnisnya dengan menjadi reseller atau dropshipper. Namun, apa saja perbedaan dropship dan reseller? Langsung simak saja artikel ini untuk memahami perbedaannya.
Perbedaan Reseller dan Dropship
Ada banyak indikator yang menjadi pembeda antara reseller dan dropship, mulai dari biaya yang dikeluarkan, kontrol terhadap produk, hingga kesempatan pengembangan bisnis. Mari lihat selengkapnya di bawah ini.
1. Pengertian Reseller dan Dropship
Mari kita pahami pengertian reseller dan dropship terlebih dahulu sebelum membahas lebih lanjut mengenai perbedaannya. Reseller adalah seseorang atau bisnis yang membeli produk dari suatu perusahaan atau produsen dan kemudian menjual kembali kepada konsumen dengan meningkatkan harganya (markup). Reseller biasanya memiliki stok produk yang dijual dan bertanggung jawab untuk pengiriman produk ke alamat konsumen.
Dropship merupakan sistem bisnis dengan metode seseorang atau bisnis menjual produk dari produsen atau perusahaan lain kepada konsumen tanpa harus menyetok produk atau menangani proses pengirimannya. Singkatnya, dropshipper menjual produk atas nama produsen. Dropshipper hanya mendapatkan keuntungan dari produsen, bahkan mendapat komisi jika mencapai target penjualan tertentu.
Baca juga: Apa Itu Affiliate Marketing dan Bagaimana Cara Melakukannya?
2. Stok Barang dan Kepemilikan Produk
Reseller memiliki stok produk yang dijualnya sehingga mereka harus menyediakan gudang untuk menyimpan produk tersebut. Mereka juga berhak kepemilikan atas produk yang dijualnya. Sementara itu, dropshipper tidak wajib menyetok produk yang dijual sehingga tidak berhak atas kepemilikan apa pun. Bisa dikatakan bahwa dropshipper hanya bertindak sebagai perantara antara produsen dan konsumen.
3. Kontrol terhadap Harga Produk
Reseller memiliki kontrol yang lebih besar terhadap harga produk yang dijualnya. Mereka bisa menentukan harga produk sendiri dengan cara menaikkan harganya alias markup. Reseller bisa pula memasang harga diskon pada momen tertentu untuk meningkatkan penjualan. Berbeda dengan reseller, dropshipper hanya bisa menjual produk dengan harga yang ditentukan oleh produsen dan tidak berhak untuk mengubah harganya.
4. Jumlah Produk yang Dibeli
Reseller biasanya harus membeli barang/produk dalam jumlah yang besar dari produsen atau distributor, sementara dropshipper hanya perlu membeli produk secara satuan sesuai dengan permintaan konsumen. Itulah alasannya menjadi reseller membutuhkan modal yang cukup besar daripada dropshipper, sedangkan bisnis dropship bisa dijalankan tanpa modal sekalipun.
5. Tanggung Jawab
Walaupun sama-sama memiliki bisnis sendiri, reseller dan dropshipper tetap mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan. Tanggung jawab reseller terdiri dari mengelola stok produk yang tersedia, menangani pengiriman kepada konsumen, dan menyelesaikan masalah yang terjadi setelah transaksi.
Dropshipper memiliki tanggung jawab yang lebih sederhana, yaitu mengirimkan pesanan konsumen kepada produsen atau distributor. Namun, mereka tetap bertanggung jawab apabila terjadi masalah dengan produknya. Menariknya, dropshipper tinggal menghubungi produsen atau distributor untuk menyelesaikan masalah tersebut.
6. Biaya yang Dikeluarkan
Menjadi reseller membutuhkan biaya yang lebih besar daripada dropshipper. Ada pun biaya yang dikeluarkan reseller mencakup biaya pembelian produk, biaya penyimpanan produk, dan biaya pengiriman kepada konsumen. Dropshipper tidak memiliki biaya-biaya tersebut karena mereka tidak perlu menyetok produk dan mengirimkannya kepada konsumen. Mereka hanya membutuhkan biaya operasional seperti pulsa atau paket data untuk promosi bisnis.
7. Kesempatan Pengembangan Bisnis
Pengusaha mana pun pasti menginginkan agar bisnisnya bisa berkembang seiring berjalannya waktu. Sayangnya, reseller dan dropshipper memiliki kesempatan yang berbeda dalam mengembangkan bisnis. Reseller mempunyai peluang lebih besar untuk mengembangkan bisnisnya. Mereka bisa memperluas jangkauan pasar, menambah stok produk yang dijual, atau meningkatkan volume penjualan.
Sementara itu, dropshipper memiliki kesempatan yang lebih kecil. Dalam menjual produk, mereka harus terikat oleh harga yang ditentukan oleh produsen atau distributor. Mereka bisa mengembangkan bisnisnya dengan cara menjadi reseller terlebih dahulu untuk mendapatkan peluang yang lebih besar.
Baca juga: Apa Itu VPS beserta Contoh dan Fungsinya untuk Bisnis
Kelebihan dan Kekurangan Reseller
Berikutnya, Anda perlu mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan model bisnis reseller dan dropshipper. Mari kita mulai dengan membahas kelebihan serta kekurangan model bisnis reseller.
1. Kelebihan Reseller
- Potensi keuntungan lebih tinggi: Anda dapat menambahkan harga pada produk yang dijual sehingga berpotensi untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi daripada dropshipper.
- Kontrol penuh atas harga produk: Anda dapat menentukan harga jual produk sehingga memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam menentukan margin keuntungan yang ingin dicapai. Anda pun bisa memasang harga diskon atau harga bundling untuk paket produk yang dijual.
- Peluang memperluas jangkauan pasar: Kesempatan ini bisa diraih dengan cara menjual produk kepada konsumen di daerah yang jauh dari lokasi produsen atau merek ternama. Tentunya hal ini harus diimbangi dengan riset pasar agar strateginya berhasil.
- Dapat menambah produk yang dijual: Anda pun bisa meningkatkan produk yang dijual jika ingin meningkatkan angka penjualan. Cukup membeli produk tambahan dari produsen atau distributor dan Anda sudah berpeluang mendapatkan penghasilan yang lebih besar.
- Tidak perlu memproduksi produk: Proses produksi produk dapat memakan waktu hingga berhari-hari dan Anda tidak perlu melewati proses ini sebagai seorang reseller. Tanggung jawab Anda pun lebih kecil daripada pemilik perusahaan, yaitu hanya menyetok dan mengirimkan produk kepada konsumen.
2. Kekurangan Reseller
- Ketergantungan pada produsen atau distributor: Kekurangan ini bisa menjadi masalah yang menghambat bisnis. Pasalnya, Anda hanya bergantung pada satu atau beberapa produsen untuk menyediakan produk yang akan dijual.
- Biaya yang lebih tinggi daripada dropship: Meski tidak memerlukan biaya produksi, Anda tetap harus mengeluarkan biaya untuk pembelian, penyetokan, dan pengiriman produk kepada konsumen.
- Tanggung jawab yang lebih tinggi daripada dropship: Anda tetap harus mengelola stok produk yang dijual dan mengirimkan produk kepada konsumen. Selain itu, Anda juga harus bertanggung jawab terhadap keuangan bisnis agar tetap stabil.
Baca juga: Business Plan: Pengertian, Jenis, Tahapan beserta Contohnya
Kelebihan dan Kekurangan Dropship
Lantas, apa saja kelebihan dan kekurangan model bisnis dropship? Lihat penjelasan lengkapnya di bawah ini.
1. Kelebihan Dropship
- Biaya yang lebih rendah daripada reseller: Anda tidak perlu membeli produk dalam jumlah besar dan menyetoknya. Alhasil, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya-biaya terkait pengelolaan produk.
- Mampu menjual produk yang beragam: Anda bebas menjual produk yang beragam dari produsen atau distributor yang berbeda. Konsumen akan memiliki pilihan yang lebih banyak ketika berbelanja di toko Anda. Selain itu, Anda bisa mengganti produk yang dijual sesuai tren yang sedang berlangsung.
- Tidak harus memiliki stok barang: Kelebihan ini membuat Anda tidak perlu khawatir dengan masalah kehabisan stok atau produk yang tidak laku. Anda pun tidak harus menyediakan gudang untuk menyimpan stok barang yang tersedia.
- Fokus pada pemasaran dan peningkatan penjualan: Anda cukup mengelola pemasaran dan meningkatkan penjualan produk tanpa harus khawatir tentang produksi atau pengiriman produk. Biasanya dropshipper hanya melakukan pemasaran secara online menggunakan media sosial, seperti tiktok, instagram, dan facebook. Kelebihan ini membuat Anda memiliki lebih banyak waktu dan untuk mengembangkan bisnis.
2. Kekurangan Dropship
- Margin keuntungan lebih kecil: Anda harus menjual produk pada harga yang telah ditentukan oleh produsen atau distributor. Margin keuntungan yang diperoleh pun lebih kecil daripada menjadi reseller yang bisa menentukan harga jual sendiri.
- Bergantung pada produsen: Anda pun harus bergantung pada produsen untuk menyediakan produk yang akan dijual. Kekurangan ini membuat Anda tidak memiliki kontrol penuh terhadap produk yang dijual. Anda pun harus menunggu beberapa waktu apabila produknya sedang tidak tersedia.
- Peluang pengembangan bisnis terbatas: Keterbatasan dalam pengelolaan produk membuat Anda memiliki kesempatan yang lebih terbatas dalam pengembangan bisnis.
- Keluhan pelanggan setelah transaksi: Anda pun harus menangani masalah yang timbul akibat produk yang rusak atau tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
- Reputasi yang dipengaruhi oleh produsen: Jika produsen memiliki reputasi yang buruk, maka reputasi Anda sebagai penjual juga bisa terkena dampaknya.
Baca juga: Catat! Inilah 7 Cara Meminimalkan Risiko-Risiko Bisnis
Apakah Reseller Harus Stok Barang?
Ya, sebagai seorang reseller, Anda perlu memasok atau memiliki stok barang terlebih dahulu sebelum menjualnya kepada pelanggan. Anda dapat membeli stok barang secara langsung dari produsen atau distributor sebelum Anda menjualnya kembali dengan markup harga yang lebih tinggi. Dengan demikian, Anda memiliki persediaan barang yang siap untuk dipasarkan kepada pelanggan.
Apa Risiko Menjadi Reseller?
Risiko yang perlu diperhatikan ketika menjadi seorang reseller yaitu ketergantungan pada produsen atau distributor untuk memperoleh stok barang, biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian dan penyimpanan stok, serta tanggung jawab dalam mengatur pengiriman produk dan menyelesaikan masalah yang muncul dari pelanggan bisnis.
Apa Risiko Menjadi Dropshipper?
Risiko menjadi dropshipper meliputi keterbatasan kontrol terhadap produk, bergantung pada produsen untuk ketersediaan produk, margin keuntungan yang lebih kecil, dan tanggung jawab atas masalah produk yang terjadi.
Lebih Untung Mana Reseller atau Dropshipper?
Pada dasarnya, keuntungan lebih tinggi bisa didapatkan sebagai reseller karena memiliki kontrol atas harga produk dan peluang memperluas bisnis. Namun, dropshipper memiliki biaya yang lebih rendah dan fokus pada pemasaran dan peningkatan penjualan. Keuntungan lebih bergantung pada preferensi dan strategi bisnis masing-masing.
Sudahkah Anda memilih model bisnis yang cocok setelah memahami perbedaan reseller dan dropship? Selain model bisnis, Anda pun perlu mengetahui produk yang ingin dijual kepada masyarakat. Gunakan saja Deka Sense dari Lintasarta Cloudeka untuk membantu Anda dalam melakukan riset pasar serta menentukan produk yang tepat. Hubungi kami segera untuk informasi lebih lanjut tentang layanan ini!